Melihat strategi investasi dimasa krisis global

By : Arfandi

Masalah dasar

Krisis Ekonomi Global yang kita rasakan saat ini adalah bermula dari subprime mortgage loan. mortgage loan adalah kucuran pinjaman dari bank yang disediakan untuk nasabah guna membeli rumah, dan pengembaliannya tentu dicicil tambah bunganya. menurut sejarahnya, bank awal mulanya hanya meminjamkan uang hanya kepada prime saja, bukan subprime. prime adalah golongan orang-orang yang berpenghasilan menjanjikan (dalam arti bank memiliki resiko lebih rendah dalam berbisnis). waktu demi waktu, ternyata nasabah yang prime tadi telah memiliki rumah semua. sebagai bank tidak mungkin hanya berhenti disitu, pasti ingin mencari cara lain untuk menghasilkan lebih walaupun segmentasi golongan prime sudah habis.

Segmentasi Bank berubah ke arah subprime melihat kondisi tersebut. perlu diketahui bahwa subprime berarti golongan yang pendapatannya dibawah prime dan berarti resiko bank untuk berbisnis dengan mereka adalah lebih besar karena purchasing power mereka lebih kecil. Awal mula kondisi ini adalah menguntungkan. Karena purchasing power yang rendah, jaminan hampir tak ada, dan belum mereka harus memberi bunga. Golongan Sub ini tidak sanggup mengembalikan uang kepada Bank. Karena tidak bisa mengembalikan, satu satunya jaminannya adalah rumah yang sebagai transaksi tadi adalah disita.

Secara logika, Rumah yang disita tadi harusnya dijual oleh bank untuk “memutar uangnya”. Karena golongan prime sudah punya rumah dan subprime tidak bisa membeli, rumah tidak terjual. Uang bank yang tersedia – secara likuid – tidak ada, dan tidak bisa untuk “memutar uangnya”. Maka terjadilah Kredit Macet.

Dampak

Terus,apa hubungannya sama Krisis dan Kredit Macet?

Perlu diketahui fungsi bank adalah intermediaries antara Bank Sentral ke publik, dalam arti banyaknya uang yang beredar dalam masyarakat adalah tidak lepas dari peran Bank.

Bayangkan kasus diatas tadi, Peminjam uang bank itu terpaksa menaikkan harga unit produksinya sebesar bunga uang yang harus dibayar kepada bank. Sekiranya kenaikan harga itu tidak dilakukan maka pembayaran bunga uang bank tidak mungkin terpenuhi.

Akibatnya rakyat umum terpaksa membeli barang-barang lebih mahal, dan hal ini menimbulkan inflasi tak terkendali, juga disebut resesi ekonomi waktu mana biasanya pemerintah melakukan tindakan moneter yang nyatanya merugikam mayoritas penduduk. Tindakan moneter demikian perlu terlaksana agar roda pemerintahan negara berjalan terus.

Pembahasan

Gejolak perekonomian dunia sekarang sangat menarik perhatian seluruh dunia, baik kalangan pebisnis maupun orang awam. Banyak dari kita yang kemudian merasa ragu dan takut untuk melakukaninvestasi.Tidak dapat dipungkiri bahwa situasi perekonomian global akhir-akhir ini penuh dengan ketidakpastian. Berawal dari krisis subprime mortgage yang dimulai pada awal 2008, dampaknya tidak hanya dirasakan pada institusi keuangan raksasa di Amerika, tetapi juga oleh banyak Investor di Indonesia. Menurut pakar ekonomi Faisal Basri di dalam seminarnya tentang “Ekonomi Pasar Sosial dan Krisis Ekonomi Global“, dalam keadaan krisis begini, tetap harus melakukan investasi, pada intinya, sebagai usaha bersama untuk mencapai masa depan perekonomian yang lebih baik. Namun itupun harus sesuai dengan karakter si Investor, instrumen investasi, dan lingkungan pasar.Lalu, bagaimana langkah kita untuk menjadi investor untuk menghadapi masa krisis?Bagi kita yang masih awam akan dunia investasi, ada beberapa tips untuk melakukan investasi di tengah kondisi pasar yang tidak menentu ini. Yaitu, kenali terlebih dahulu bagaimana profil resiko kita. Secara umum, ada 3 jenis profil resiko, yaitu Agresif, Moderat, dan konservatif.

AGRESIF.

Agresif Tipe Investor ini menyukai pertumbuhan portofolio yang agresif, dan tidak terlalu khawatir terhadap fluktuasi jangka pendek/menengah. Tipe ini cocok untuk berinvestasi di pasar saham. Umumnya, tipe agresif punya keberanian dalam melakukan keputusan investasi berisiko tinggi. Tipe ini mengharapkan hasil investasi yang lebih besar dengan bersedia menerima konsekuensi risiko yang lebih tinggi pula. Cenderung untuk memilih produk yang mengalokasikan dananya pada instrumen pasar yang berisiko tinggi yang boleh disebut RISK TAKER. Alokasi aset yang sesuai untuk tipe agresif adalah deposito 40 persen, obligasi 20 persen dan saham 40 persen.

MODERAT.

berkarakterisitk lebih condong pada pertumbuhan portofolio yang stabil. Untuk karakter ini lebih cocok berinvestasi dalam instrument pendapatan tetap, baru sisanya pada saham. Tipe ini lebih berani mengambil risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan investor konservatif. Tipe moderat akan mempertimbangkan secara hati-hati jenis instrumen yang akan dimilikinya dan membatasi jumlah dana yang akan diinvestasikannya ke dalam instrumen berisiko hingga porsi tertentu. Alokasi aset yang sesuai untuk tipe moderat adalah deposito 70 persen, obligasi 10 persen dan saham 20 persen.

KONSERVATIF

Konservatif adalah tipe investor yang lebih mengutamakan pengembalian nilai investasi secara rutin tanpa ada fluktuasi pasar, dan menerima nilai investasi mereka dengan pasti walau kelak nilai investasi mereka akan mengalami penurunan. Umumnya, tipe ini tidak berani menghadapi risiko kerugian dan ketidakpastian. Cenderung untuk memilih instrumen yang sangat aman dengan hasil yang sudah diketahui sebelumnya, seperti tabungan dan deposito. Kalaupun mempertimbangkan jenis instrumen berisiko, seperti obligasi atau saham, hanya porsi kecil dari dana investasinya yang akan dialokasikan ke dalam instrumen berisiko tersebut. Tipe konservatif sangat mengutamakan keamanan dalam berinvestasi daripada memperoleh keuntungan besar tapi berisiko. Alokasi aset yang tepat untuk tipe konservatif adalah deposito 100 persen.

Secara khusus, ada tambahan lain penentuan profil investasi yang lebih spesifik, yaitu Ekstra-Agresif, Ekstra-Dinamik, Esktra-Prima, dan Ekstra-Progresif.Profil resiko pada umumnya dapat ditentukan dengan cara menjawab beberapa pertanyaan pilihan yang disediakan.Setelah mengetahui profik resiko kita, masih ada lagi hal-hal yang perlu diperhatikan oleh setiap investor di masa-masa yang tak menentu ini, 4 hal, yaitu melakukan investasi jangka panjang, diversifikasi, Hanya membeli produk investasi dari pihak yang dapat dipercaya dan mencicil.

Investasi jangka panjang

Dalam jangka pendek, 1-5 tahun misalnya, pergerakkan nilai investasiterutama di pasar saham bisa saja sewaktu-waktu menurun. Namun dalam jangka panjang, missal 7 tahun atau lebih, pergerakkan nilai investasi cenderung mngikuti pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi. Maka dari itu, jika kondisi market tiba-tiba drop, investor dianjurkan untuk tetap tenang.

Diversifikasi

Setiap investor, selain harus mengetahui profil resiko yang dimiliki, juga harus melakukan diversifikasi investasi, seperti kata pepatah, “jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang”.Contoh, jika kita memiliki profil resiko agresif, maka kita perlu menyebar investasi di berbagai macam saham. Cara termudah adalah dengan membeli produk Unit-Link, dimana manajer investasi akan secara otomatis menginvestasikan dana kita di berbagai macam saham di sejumlah sektor untuk menyebar resiko investasi sehingga nilai investasi tidak turun secara signifikan bila terjadi gejolak di salah satu sektor.

Hanya membeli produk investasi dari pihak yang dapat dipercaya

dengan ragam pilihan produk investasi yang ada sekarang ini, investor harus semakin jeli dalam menilai, mana pihak yang dapat dipercaya untuk mengelola dana investor secara profesional dan bertanggung jawab.

Mencicil

yang dimaksud dengan mencicil adalah berinvestasi tidak secara langsung dengan modal besar, melainkan secara pertahun, persemester, pertigabulan atau bahkan perbulan. Keuntungan sistem mencicil (Rupiah Cost Averaging) dalam keadaan pasar yang tidak menentu ini adalah kita dapat memanfaatkan keadaan pasar yang sedang turun untuk tetap berdisiplin membeli unit investasi di tingkat harga yang lebih murah.Dengan demikian, pada saat pasar membaik kembali, kita akan mendapat keuntungan tambahan, yaitu mengeluarkan modal yang relatif kecil, namun mendapatkan keuntungan yang prosentasenya sama dengan investasi besar, dan kerugian yang lebih sedikit jika kondisi pasar menurun.

4 faktor penting dalam mengivestasi :

Modal

Yang dimaksud dengan modal adalah berapa banyak dana yang kita perlukan untuk bisa melakukan investasi sampai kita dapat memperoleh keuntungan yang melebihi dari investasi ying kita keluarkan? Prinsipnya, semakin kecil modal yang diperlukan semakin baik bagi investor.

Tingkat Pengembalian

Tingkat pengembalian adalah berapa persen keuntungan yang bisa diperoleh dari modal yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu. Semakin tinggi tingkat pengembalian dan semakin cepat jangka waktunya semakin baik bagi investor.

Tingkat Risiko

Risiko adalah berapa besar kemungkinan terjadinya kerugian yang dapat mengurangi jumlah modal kita dan bahkan menghabiskan modal kita. Semakin kecil tingkat resikonya,semakin baik bagi investor

Arus Dana

Terakhir adalah arus dana yang berupa seberapa cepat dana dalam bentuk uang kas secara fisik dapat kita tarik dari modal yang telah kita setor. Semakin cepat semakin baik bagi investor.

Investasi prospektif yang dapat menjadi pilihan semasa krisis ekonomi global saat ini adalah yang menyangkut empat hal kebutuhan pokok manusia, meliputi bidang energi,properti,air,dan makanan. Keempat hal itu merupakan investasi terbaik untuk jangka panjang. Apalagi, pertumbuhan manusia di dunia naik secara signifikan, kata Komisaris Utama PT Mega Capital Indonesia, Henry C Suryanaga, di pembukaan kantor Agency Mega Capital Indonesia di Graha Surabaya, semakin besar populasi di suatu negara, uang yang telah diinvestasikan pada empat hal itu akan terus tumbuh. Terlebih karena mereka sangat membutuhkan keempat hal itu sebagai kebutuhan vital dalam hidupnya.Jumlah penduduk di dunia pada tahun 2009 ada sekitar 7 miliar orang, sementara 50 tahun lalu jumlah penduduk di dunia masih 3 miliar orang.
Dalam situasi perekonomian saat ini, hanya ada tiga negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi positif yang meningkat sekitar 0,5 sampai 1 persen. Ketiganya yaitu China dengan pertumbuhan ekonomi tahun ini diprediksi mencapai 6 persen, India 5 persen, dan Indonesia akan mencapai 4 persen. Sementara, di negara tetangga seperti Singapura kondisi ekonominya tengah resesi atau mengalami pertumbuhan ekonomi minus, pertumbuhan ekonomi Singapura mencapai posisi minus disebabkan pengaruh krisis ekonomi global yang menerpa pasar uang di negara itu. Angka perbandingan market capital Singapura dengan gross domestic product (GDP) mencapai 308 persen. Kalau melihat perkembangan ekonomi Indonesia saat ini tidak separah Singapura, karena orang yang bermain saham hanya 47 persen dari total orang bekerja, saat ini adalah waktu yang belum tepat untuk bermain saham. Alasannya, bunga deposito sekarang masih di atas 10 persen, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di atas Rp10.000,00 per dolar AS, dan indeks saham AS masih fluktuatif.

Kalau bermain saham, anggaplah saham sebagai sambal di meja makan dan anggaplah nasi sebagai bisnis utama. Artinya, tanpa sambal orang masih bisa hidup dan tanpa saham orang tetap bisa mencari nafkah. Kami berharap mereka tetap fokus pada bisnisnya dan tidak tergiur oleh saham, saat ini saham bukanlah pilihan investasi terbaik. Hal ini terlihat dari transaksi perdagangan di Bursa Efek Indonesia yang kini hanya menembus Rp1 triliun/hari sedangkan pada seminggu lalu bisa mencapai Rp6 triliun/hari.

Karena itu,  disarankan masyarakat lebih memilih obligasi dan deposito sebagai pilihan investasinya, Pilihan itu, karena diprediksi sekitar 3-6 bulan ke depan suku bunga bank akan berangsur turun sekitar kurang dari 10 persen dan berimbas pada suku bunga kredit yang mencapai 11-13 persen. Hal itu akan diperkuat dengan posisi nilai tukar dolar AS terhadap rupiah yang mencapai level Rp10.000,00-Rp11.000,00 per dolar AS pada kuartal II/2009.

Kesimpulan

Para pelaku investor pasar mengambil sikap wait and see untuk melakukan investasi menyusul adanya krisis keuangan global. Pasalnya, krisis global memicu melemahnya kondisi perekonomian dalam negeri. Krisis keuangan global mengakibatkan perlambatan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada 2008.

Diperkirakan, pada 2009 perlambatan PDB, terutama komponen ekspor, impor, dan investasi, masih akan berlanjut. “Hal ini akan mengakibatkan terjadinya penundaan investasi. Krisis keuangan global juga mendorong pemerintah dan Bank Indonesia (BI) melakukan kebijakan moneter ketat, seperti kenaikan suku bunga perbankan dan pengetatan likuiditas oleh bank-bank dengan peninjauan kembali terhadap kredit investasi baru ataupun yang sudah berjalan.

Penurunan tingkat konsumsi masyarakat diperkirakan masih akan berlanjut sampai tahun depan. Hal itu dipicu oleh berlanjutnya dampak dari tingginya tingkat inflasi, tingginya BI Rate hingga sekarang ada pada level 7.50 persen, dan penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi yang akan menghambat pertumbuhan ketenagakerjaan. Dengan prediksi sampai akhir tahun 2009 BI akan menurunin tingkat suku bunga sampai 6.00 Persen, maka dengan kebijakan ini mengharap kinerja sektor pasar investasi akan meningkat kembali pada 2010-2011.

Saran

Dimana dengan krisis global kita masih bisa optimisme kesempatan investasi jika menjalanin cara yang disampaikan. Yang dimana disatu sisi yang gelap dan dimana pasti ada sisi timbal baliknya yang dimana satu sisi pasti terang. Dengan pilihan yang tepat dalam investasi dan selalu berpoikir optimis semoga indonesia bisa menjadi negara yang maju.

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *